Senin, 24 Januari 2011

FILOSOFI SEKOLAH SENTRA

Program pembelajaran dengan sistem sentra didasarkan pada keyakinan bahwa anak-anak akan tumbuh dengan baik jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Lingkungan yang dirancang secara cermat dengan menggunakan konsep kelas yang berpusat pada anak akan mendorong anak-anak bereksplorasi, memelopori dan menciptakan.  Guru menggunakan pengetahuan yang sesuai mengenai perkembangan anak untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, menyediakan bahan ajar dan juga menyusun tujuan yang sesuai bagi masing-masing anak, menanggapi minat anak, menghargai kelebihan-kelebihan dan kebutuhan setiap anak, menjaga keingintahuan alami yang dimiliki anak agar tetap hidup dan mendukung pembelajaran bersama.

Sekolah yang di setting dengan metode sentra memiliki kekhasan dalam hal pengaturan ruang belajar maupun managemen kelasnya.

Pengaturan ruang belajar di sekolah sentra, berbeda dengan sekolah yang menggunakan sistem klasikal yang seringkali kita temui. Sekolah Klasikal, menempatkan semua bahan ajar dalam satu kelas, dengan seorang atau dua orang guru yang mengajar serta bertanggung jawab untuk mengembangkan semua indikator kemampuan di satu kelas. Bila dalam satu sekolah ada beberapa kelas dengan jenjang yang sama, maka proses pembelajaran antar satu kelas dengan kelas yang lain mungkin akan memiliki beberapa perbedaan. Mengingat guru dari masing-masing kelas berbeda, memiliki gaya mengajar, standar pribadi serta pemilihan alat peraga yang berbeda. Sehingga memungkinkan kemampuan yang dicapai anak pun akan nampak perbedaannya. Sekalipun indikator dan target pembelajaran untuk satu sekolah sudah membakukan satu standar yang sama. Selain itu, apabila dalam satu sekolah memiliki beberapa kelas parallel, secara otomatis harus menyediakan alat peraga dengan jenis dan jumlah yang sama untuk setiap kelas parallel. Dengan demikian, kepemilikan alat peraga dari satu sekolah menjadi kurang efisien.

Sedangkan di sekolah sentra, pengaturan ruang belajarnya tersusun dalam beberapa sentra atau pusat kegiatan yang berisi berbagai macam bahan ajar bagi kebutuhan anak untuk bereksplorasi dan bermain. Pusat kegiatannya pun bervariasi antara satu kelas dengan kelas yang lain. Gambarannya, sekolah sentra lebih mirip dengan laboratorium-laboratorium di sekolah menengah. Namun jangan salah, sekolah sentra ini sesungguhnya tidak terlalu terpancang dengan dengan keberadaan ruang kelas. Hanya sentra tertentu yang membutuhkan ruangan yang cukup luas, seperti misalnya sentra balok dan sentra bermain peran. Bahkan ada sentra yang sangat baik bila ditempatka di luar ruangan seperti sentra eksplorasi atau sentra bahan alam. Beberapa sekolah bahkan tidak memiliki ruang untuk setiap sentra. Untuk memisahkan sentra satu dengan sentra yang lain, cukup dengan memasang loker-loker sebagai penyekat ruang sentra sekaligus sebagai lemari penyimpanan peralatan sentra. Kebutuhan akan meja dan kursi pun sangat minim. Hanya sentra persiapan, sentra seni dan kreatifitas yang kadang membutuhkan meja dan kursi. Itu pun tidak harus sejumlah anak yang hari itu belajar di sentra tersebut.

Setiap  pusat kegiatan yang berbeda tersebut, diampu oleh guru yang berbeda pula.  Hal ini akan memotivasi guru lebih fokus dalam mengembangkan setiap pusat kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Dari sisi anak, akan membuat dia beradaptasi dan bersosialisasi dengan banyak guru dengan karakter yang berbeda-beda. Hal ini sangat penting bagi perkembangan sosial anak. Dari sudut pandang penggunaan alat peraga pun akan lebih efisien karena masing-masing alat peraga akan ditempatkan dalam satu sentra tertentu sesuai fungsi dan tujuannya.

Dalam setiap harinya, anak akan belajar dengan cara berpindah dari satu sentra ke sentra yang lain (moving class). Dan setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di setiap pusat kegiatan sesuai dengan jadwal belajar yang sudah dipersiapkan. Jadwal ini akan mengatur, ke sentra mana hari itu satu kelompok anak akan bermain. Pengaturan jadwal ini penting selain agar setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk menikmati sensasi belajar di setiap sentra, juga memberi rambu-rambu pada guru sentra untuk menyiapkan materi yang sesuai dengan kelompok anak yang akan masuk ke sentranya. Kelompok B, kelompok, A atau kelompok bermainkah yang akan belajar di sentranya hari itu? Maka sang guru pun harus menyiapkan materi ajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan karakteristik masing-masing kelas. Karena, kadang ditemui, misalnya, anak kelompok B1 dengan B2 memiliki karakteristik kelas yang berbeda. Dengan usia atau masa tahap perkembangan yang sama, mungkin kelompok B1 adalah kelas yang aktif sedang kelompok B2 memiliki karakteristik sebaliknya. Atau masing-masing memiliki percepatan belajar yang berbeda.

Kekuatan pelaksanaan sistem ini terletak pada konsistensi peraturan yang dibuat dan disepakati  murid, komunikasi yang produktif, di samping materi ajar yang terkonsep secara kreatif dan variatif. Uniknya, peraturan-peraturan itu dibuat dan disepakati oleh murid-murid sendiri. Mengapa begitu? Menurut pengamatan dan pengalaman, peraturan yang dilontarkan oleh anak, dengan bahasa yang mereka buat sendiri, akan lebih mereka pahami dan patuhi. (Mengenai komunikasi produktif itu, akan kita uraikan di pokok bahasan yang lain. Insya Allah)

Peraturan-peraturan ini biasanya diucapkan dan disepakati bersama setiap akan memulai belajar di sentra. Tidak harus sama persis setiap harinya. Mungkin dari pengalaman bermain di hari sebelumnya, anak-anak menemukan aturan lain yang mereka anggap perlu, hal itu bisa saja terjadi. Dan seyogyanya guru menghargai pendapat tersebut selama tidak bertentangan dengan aturan umum.

PERAN GURU SENTRA

  • Guru sentra bukan menjadi center atau pusat ilmu pengetahuan sedang anak hanya menjadi pendengar dan pemerhati apa yang disampaikan oleh guru. Tapi guru sentra lebih berperan sebagai seorang observer dan motivator sedang anak lebih aktif menjelajah, bereksplorasi dan menemukan sendiri pengalaman belajarnya
  • Guru harus memahami tahap-tahap perkembangan anak. Apa yang normal bagi mereka dan apa yang tidak normal. Apa yang mereka bisa dan apa yang tidak bisa. Apa yang mungkin mampu mereka lakukan atau yang tidak. Apa yang bisa diharapkan dari anak. Dan bagaimana mengatasi berbagai gaya belajar, berbagai jenis kecerdasan dan berbagai kecenderungan lain dari anak.
  • Guru harus datang lebih awal untuk bisa bertemu dengan anak didik yang datang terlebih dahulu. Guru bisa memanfaatkan waktu ini untuk lebih mengenali anak didiknya. Selain itu, guru juga bisa melakukan pengecekan kesiapan mengajarnya.
  • Guru harus memiliki aturan main untuk masing-masing sentra. Materi dan kelas harus merangsang anak untuk menjelajahi, memanipulasi dan menyelidiki yang sesuai dengan keinginan, bakat  dan minat anak. Struktur sentra harus mendorong rasa ingin tahu anak.
  • Guru mengatur ruangan dan jadwal untuk satu hari atau satu pekan. Diskusikan aturan / batasannya, rutinitas dan masa transisi yang sesuai dengan kebutuhan anak. Biarkan materi dan anak melakukan pembelajaran, sementara guru memberikan kata-kata dorongan, pertanyaan, dukungan moral, pemahaman dan mendengar aktif.

Satu hal lagi yang perlu diingat, bahwa kesuksesan belajar bukan diukur oleh bagaimana HASIL BELAJAR, namun lebih mengacu pada PROSES BELAJAR dari anak-anak tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar